Apa kabar sahabat sejarah semuanya? sudah lama nih kita tidak berjumpa, mudah-mudahan selalu dalam keadaan sehat ya. Amiin ^_^
Dalam penulisan saya kali ini, saya ingin mengangkat seorang tokoh panglima Islam yang mungkin sebagian dari teman-teman sudah pernah mendengar namanya, atau mungkin ada yang belum tau sama sekali tentang tokoh ini karena memang tokoh ini jarang sekali dibahas didalam pembahasan-pebahasan tokoh Islam, tidak seperti tokoh Islam yang lainnya seperti Abu Bakar Sidiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Khalid bin Walid dan tokoh-tokoh Islam yang namanya memang sudah sangat kita kenal karena banyaknya pembahasan mengenai mereka. Namun tokoh ini walaupun masih merupakan salah satu sahabat Nabi dan sangat terkenal pada zamannya, pada hari ini jarang sekali namanya di bahas di dalam kajian-kajian sejarah Islam, padahal beliau adalah salah satu dari panglima Islam yang ikut dalam pertempuran melawan Romawi yang membebaskan tanah Syam dan ikut dalam penaklukan Kerajaan Persia. Siapakah dia? Dia adalah Al-Qaqa bin Amr At-Tamimi, seorang kesatria yang sebanding dengan seribu prajurit

Mendengar namanya, para penyamun (perampok) dari
suku-suku Badui di kawasan Jazirah Arab langsung tunggang langgang melarikan
diri. Walaupun demikian tak satu pun dapat lolos dari kejarannya. Inilah kesatria
dari suku Bani Tamim, Al-Qa’qa’ bin Amr At-Tamimi.
Mengenai
pribadinya, Abu Bakar berkata; “Suara al-Qa'qa dalam tentara jauh lebih
baik daripada suara seribu tentara.” Pada waktu dalam keadaan kritis,
Kholid bin Walid meminta bantuan. Waktu itu betul-betul sangat ‘sukar
sekali’ untuk keluar dari masalah itu.
Akhirnya
Abu Bakar mengirim al-Qa’qa bin Amru sembari berkata; “Tidak ada orang
yang dapat mengalahkan musuh seperti dia.” Pada waktu terjadi
perselisihan antara sahabat di Shiffin dan Jamal, beliau ikut dalam
kelompok Ali bin Abu Tholib.
Pada
waktu penaklukan Mesir, beliau adalah salah seorang yang dikirim ke
Mesir oleh Umar bin Khottob untuk membantu Amru bin Ash. Dalam suratnya
Umar berkata; “Aku kirimkan kepadamu seorang laki-laki berbanding seribu
dari umat Islam.” Dengan izin Allah, Mesir dapat ditaklukan dengan
mudahnya.
Al-Qaqa bin Amr ini memang dikenal di
kalangan kaumnya sebagai kesatria yang hebat. Keahliannya dalam memainkan
pedang dan seni perang serta keahliannya berkuda tak ada yang meragukan
kemampuannya ini. Inilah keahlian yang menjadi kebanggaan setiap pria di
Jazirah Arab. Keahliannyalah yang mengantarkan dirinya menempati posisi
terhormat di kalangan kaumnya dan suku-suku lain.
Pada tahun 9 H, di suasana yang tenang
ini, suku-suku Arab terus berbondong-bondong mendatangi Rasulullah di Madinah.
Berbaiat menyatakan sumpah setia memeluk Islam, termasuk suku Tamim. Al-Qa'qa'
bin Amr yang memang seorang kesatria dan ahli dalam bidang syair di kalangan
suku Tami mini, seperti mendapatkan pengalaman baru saat melihat fenomena yang
langka ini—bahkan tak pernah terjadi—yang menyejukkan jiwanya di Masjid Nabawi.
Lantunan ayat-ayat Al-Qur’an membuatnya tertegun. Inilah awal pengalaman
spiritual dari seorang kesatria yang hebat, Al-Qa'qa' bin Amr.
Maka saat ia bersama rombongan suku Tamim
bertatap muka dengan Rasulullah, jiwanya bergetar. Pancaran keagungan Rasul dan
untaian katanya mengetuk jiwa Al-Qa'qa' bin Amr. Hatinya pun mulai terbuka
untuk menerima hidayah Ilahi. Saat itulah tanpa ragu Al-Qa'qa' bin Amr berikrar
dan bersyahadat di depan Rasulullah. Sekembalinya dari Madinah, Al-Qa'qa' bin
Amr bersama keluarga dan kaumnya memeluk Islam. Sayang, Al-Qa'qa' bin Amr tak sempat untuk ikut serta dalam menunaikan
ibadah haji wada’ karena harus merawat ibunya yang menderita sakit.
Namun begitu, hatinya selalu diliputi
kerinduan yang mendalam untuk belajar dan mengabdi kepada Rasulullah di
Madinah. Sejak berada di Madinah, Al-Qa'qa' bin Amr tak pernah absen untuk
menghadiri majelis Rasulullah. Ia sadar dirinya memeluk Islam dengan sangat
terlambat.
Sebagai seorang kesatria suku Tamim, Al-Qa'qa'
bin Amr mendapat tugas melatih seni
militer kaum Muslimin di kawasan luar kota Madinah. Inilah pasukan yang
dipersiapkan oleh Rasulullah di akhir hayatnya. Sebuah pasukan yang dipimpin
sahabat termuda Usamah bin Zaid.
Namun kebersamaan Al-Qa'qa' bin Amr dengan
Rasulullah tak beralangsung lama. Pada tahun 11 H, Rasulullah wafat menghadap
Allah Yang Maha Esa. Dan inilah yang membuat dirinya larut dalam kesedihan
bersama sahabat-sahabat Rasulullah yang lain.
Di masa pemerintahan Abu Bakar yang menjadi
khalifah pertama dalam Islam ini, Al-Qa'qa' bin Amr tampil cemerlang di berbagai medan jihad.
Hingga akhirnya Al-Qa'qa' bin Amr menjadi satu-satunya orang yang dikirim oleh khalifah Abu Bakar sebagai
bala bantuan kepada Khalid yang tengah menghadapi kesulitan, karena sebagian
besar pasukannya memilih untuk beristirahat daripada berperang melawan Persia.
Di sinilah ketangkasan Al-Qa'qa' bin Amr benar-benar teruji seperti yang dikatakan oleh
khalifah Abu Bakar, “Seorang qaqa berbanding dengan 1.000
pasukan.” Kaum Muslimin pun
meraih kemenangan gemilang dan berhasil menguasai kawasan Hirah di Iraq.
Nama Al-Qa'qa' bin Amr semakin menjadi perbincangan di kalangan kaum Muslimin
setelah dirinya membuat gentar pasukan Romawi dalam Perang Yarmuk di Syam.
Bersama Ikrimah bin Abu Jahal, Al-Qa'qa' bin Amr berhasil membakar semangat kaum Muslimin dalam
menghadapi pasukan Romawi, hingga akhirnya meraih kemenangan. Kemenangan yang
tercatat dalam sejarah Islam sebagai tonggak yang membuka gerbang bagi
penaklukan-penaklukan Muslimin di luar Jazirah Arab.
Pada tahun 13 H, di suasana yang
mengharukan ini, khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq meninggal dunia menghadap Allah
Yang Maha Esa. Selanjutnya, kekhalifahan pun beralih ke tangan Umar bin
Al-Khattab yang menjadi khalifah kedua dalam Islam. Amirul Mukminin Umar pun
mengirim bala bantuan untuk pasukan Sa’ad bin Abu Waqqash untuk menaklukkan
kota Madain, tempat singgasana Raja Persia ini dan sekaligus menjadi ibukota
Persia. Amirul Mukminin Umar mengirim Al-Qa'qa' bin Amr yang tengah berada di Syam yang sedang berperang
melawan pasukan Romawi agar bergerak ke Iraq menyusul pasukan yang dipimpin
oleh Sa’ad bin Abu Waqqash.
Qadisiyah merupakan kawasan yang menjadi
gerbang menuju benteng Jalaula yang merupakan benteng kota Madain, ibukota
Persia. Di Qadisiyah ini, Kaum Muslimin terlibat pertempuran yang sangat
dahsyat melawan pasukan Persia. Al-Qa'qa' bin Amr yang baru tiba di medan
qadisiyah ini, langsung menggebrak hingga membuat nyali Persia menjadi ciut.
Sa’ad bin Abu Waqqash yang tengah
menderita sakit dan hanya bisa mengatur pertempuran di sebuah tenda besar,
segera memberi perintah kepada Al-Qa'qa' bin Amr dan saudaranya, Asim untuk
menangani gajah putih yang selalu membuat kekacauan di barisan kaum Muslimin.
Benar saja, dengan ketangkasannya
Al-Qa'qa' bin Amr dan saudaranya berhasil melempar tombak tepat mengenai
sasarannya, yaitu di kedua mata gajah itu. Inilah yang mengawali kemenangan
kaum Muslimin dalam perang yang menentukan atas kemenangan melawan pasukan
Persia.
Al-Qa'qa' bin Amr kemudian bergerak ke
benteng jalaula yang merupakan gerbang Madain. Di medan jalaula ini, Al-Qa'qa'
bin Amr kembali memperlihatkan taringnya sebagai ahli perang. Dia dan
pasukannya dari suku Tamim kembali mendobrak musuh hingga membuat Persia
terkesima dengan kehebatannya.
Akhirnya dengan jatuhnya benteng jalaula
ini, secara praktis membuat kaum Muslimin dengan mudah menaklukkan kota Istana
Putih ini yang merupakan tempat singgasana
Raja Persia. Dengan begitu, secara otomatis negeri yang kaya raya ini
jatuh ke tangan kaum Muslimin.
Al-Qa'qa' bin Amr memang kesatria tanpa
tanding. Namun, berkat kecerdasan dan ketulusannya terhadap agama, membuat
dirinya semakin mantap dan sempurna. Itulah mengapa khalifah Utsman bin Affan mengangkatnya
sebagai seorang gubernur di Armenia. Ketegasannya sebagai pemimpin menjadi
modal utamanya untuk berlaku adil dalam menghadapi berbagai masalah yang terjadi
di masyarakatnya.
Sejak wafatnya khalifah utsman bin Affan,
Al-Qa'qa' bin Amr tetap setia mengabdi kepada khalifah yang dibaiat kaum
Muslimin. Itulah mengapa ia begitu setia menjadi pendamping Ali bin Abu Thalib
dan terus mengawal kekhalifahan yang sah yang dibaiat kaum Muslimin.
Al-Qa'qa' bin Amr adalah orang yang
sangat rajin untuk mengasah kemampuan dirinya sehingga dia menjadi orang yang
hebat di lapangan. Mungkin Al-Qa'qa' bin Amr tidak dikenal sebagai ahli ilmu
dan ahli Al-Qur’an, tetapi Al-Qa'qa' bin Amr benar-benar hadir sebagai orang
yang mempunyai keistimewaan di mana orang lain susah mencari keistimewaan itu. Hal
itu harus kita miliki, karena kita mungkin tidak menguasai banyak hal, tetapi
kuasailah satu hal saja yang menurut kita, kita mampu melakukannya yang dengan
itu kelak kita akan dengan mudah menjawab pertanyaan Allah saat kita hadir di
hadapan-Nya bahwa kita adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Berakhirnya masa kekhalifahan Hasan bin
Ali, dan beralihnya kekhalifan ke tangan Mu’awiyah bin Abu Sufyan, Al-Qa'qa'
bin Amr memutuskan untuk mengndurkan diri dan pindah ke wilayah Mesir, hingga ia
wafat pada tahun 40 H. Dialah potret Muslim yang sejati yang mengedepankan
keberanian, kejujuran, dan ketulusan serta kesetiaannya kepada agama yang
diridhai oleh Allah ini dan kepada Rasulullah. semoga Allah meridhaimu wahai
Al-Qa'qa' bin Amr
sangat bagus untuk dibaca
ReplyDeletepaket internet axis
sangat bermanfaat... penulisnya sangat pintar... dan aku ingin sekali seperti qa'qa'
ReplyDelete