Bulan bersinar memayungi kegelapan
malam dan bintang pun berkelipan menambah kesyahduan, angin bertiup beriringan
menyapu daun-daun menari di atas dahannya. Malam ini terlihat begitu cerah dan
tampak awan-awan berjalan beriringan tertiup angin. Namun kesunyian malam
tiba-tiba pecah ketika terdengar teriakan yang disertai derapan dan ringkikan
suara kuda.
"Cepat pacu kuda kalian,
jangan biarkan orang itu lolos!" Teriak salah satu tentara Romawi
sambil memecut kudanya. Saling kejar mengejar tidak terelakan tatkala Dharar
bin Azwar, seorang mata-mata dari tentara muslimin terlihat oleh para penjaga
Romawi yang saat itu tengah berjaga-jaga di sekitar tenda-tendanya. Dharar
berusaha memacu kuda dengan sekencang-kencangnya, matanya tajam menatap
kehadapan tanpa menoleh lagi kebelakang, hingga tanpa ia sadari satu lesatan
anak panah mengenai kakinya sehingga ia terjatuh dari kudanya. Sesegera
setelahnya pasukan romawi menangkap dan menawannya.
Khalid bin Walid yang saat itu
menjabat sebagai panglima tentara muslimin setelah mendengar bahwa Dharar
tertangkap amat murka terhadap pasukan Romawi. "Demi Allah, tidak
ada satu kaum muslimin yang hilang kecuali akan ku cari, tidak akan ada satu
kaum muslimin yang terbunuh kecuali akan ku balas, dan tidak akan ada satu kaum
muslimin yang tertangkap kecuali akan ku bebaskan!" Katanya
dihadapan para komandannya. Ia pun segera menyusun strategi bersama para
komandan perangnya dan memberangkatkan pasukannya menuju Ajnadain, sebuah
wilayah di kawasan Syiria, pasukan ini bertujuan untuk merebut wilayah
kekuasaan romawi dan juga membebaskan Dharar bin Azwar.
Berita cepat menyebar, setelah
utusan Khalid bin Walid sampai untuk mengabarkan para wanita muslimah bahwa
pasukan muslimin akan bergerak ke Ajnadain maka taatlah mereka. Sebagian dari
mereka menyambut seruan itu dan ikut serta dalam iring-iringan pasukan Islam
termasuk juga Khaulah binti Azwar, saudari perempuan dari Dharar bin Azwar.
Hatinya berkecamuk tatkala mendengar saudaranya tertangkap oleh pasukan romawi.
Tanah yang diinjaknya seolah ikut bergetar mengikuti perasaan hatinya,
tangannya mengepal kencang menahan gejolak hati bak seperti api yang
menyala-nyala. Ia bergegas mempersiapkan bekal untuk perjalanannya, di ambilnya
pedang bekas ayahnya serta perlengkapan tempurnya. "Inilah harinya, ini
lah saatnya Romawi harus jatuh tersungkur. Cukup semua kedzoliman dan
kesewenangan yang telah mereka perbuat di bumi ini." Gumamnya dalam hati
sambil menatap tajam kearah pedang dan baju besi yang tengah di genggamnya.
Maka berangkatlah ia bersama dengan para pasukan lainnya menuju Ajnadain.
Jauh di wilayah kekuasaan Romawi,
Vardan, seorang panglima tentara Romawi setelah mengetahui bahwa pasukan Islam
tengah bergerak untuk menuntut balas atas tertawannya teman mereka segera melapor
kepada Kaisar Heraklius. "Yang mulia Kaisar Heraklius, saat ini
pasukan Muslim tengah bergerak dengan kekuatan lebih dari 20.000 pasukan ke
wilayah kita. Mata-mata mengatakan bahwa tujuan mereka untuk merebut kekuasaan
kita atas kota Palestina. Kita harus segera menhabisi mereka di Ajnadain." Kaisar
yang mendengar kabar itu menjadi sangat marah hingga matanya memerah. "Kurang
ajar kau Abu Bakar! Kurang ajar kau Khalid!" kata Kaisar sambil
memukul meja yang ada di hadapannya. "Kau bilang kekuatan pasukan
muslimin sebanyak 20.000 orang? Mereka terlalu meremehkan kita! Kirimkan
100.000 pasukan ke arah mereka dan habisi mereka semua!"
Pasukan Romawi yang begitu sangat
besar jumlahnya di mobilisasi dan hanya memiliki satu tujuan, yaitu menghabisi
semua umat Islam yang berada di wilayah Ajnadain. Sungguh sangat jumlah yang
tidak sebanding, iring-iringan pasukan Romawi berangkat dengan membawa
pendeta-pendetanya yang sentiasa mengobarkan semangat para pasukan Romawi.
Mereka merasa yakin didalam hatinya bahwa pasukan Islam telah mengalami
kesalahan fatal telah berani meremehkan pasukan Byzantium Romawi. Sepanjang
perjalanan suara genderang khas tentara Romawi tidak henti-hentinya di
pukulkan, terompet-terompet ditiupkan bak mengisyaratkan bahwa tentara tak terkalahkan
telah datang dan siapapun yang mengahalangi akan segera dihancurkan. Hingga
sampailah mereka di tempat tujuan setelah melalui perjalanan panjang. Vardan
saat itu membawa kudanya naik ke salah satu bukit dan dengan senyuman arogan ia
melihat pasukan Muslimin telah sampai terlebih dahulu di Ajnadain. Tidak
beberapa lama Theodore menyusulnya. "Jumlah seperti itu berani menantang
pasukan dan kekuatan besar seperti kita! Sudah gila barangkali mereka!"
kata Vardan sambil tertawa terbahak-bahak yang kemudian diikuti juga oleh
Theodore.
Sementara itu di wilayah pasukan
Muslimin, Khalid beserta para komandannya tengah menyusun strategi yang akan
digunakan untuk menghancurkan pertahanan pasukan Romawi. Tidak ada rasa gentar
dalam hati-hati mereka. Tatkala ada perasaan takut yang hinggap kedalam hati
mereka ketika melihat iring-iringan tentara Romawi yang begitu banyak datang
dengan genderang dan terompet mereka. Maka mereka teringat dengan perjuangan
Rasulullah SAW dimasa-masa Islam mulai berkembang, tatkala meletusnya perang
Badr dengan 1000 orang kekuatan Quraisy dan kaum Muslimin hanya berjumlah 313
orang saja. Benar-benar jika bukan karena pertolongan dari Allah Swt, maka
tidak mungkin jumlah yang sekecil itu dan hanya menggunakan senjata sederhana
bisa memenangkan peperangan, apalagi lawannya adalah kaum Quraisy yang lebih
ahli dalam peperangan dan lebih baik persenjataannya. Inilah yang menjadi
semangat tersendiri dalam hati-hati kaum Muslimin, bahwasanya kemenangan itu
tidak diukur dari banyaknya jumlah, melainkan dari seberapa besar pertolongan
Allah kepadanya.
"Ketahuilah,
wahai Muslim, bahwa kalian belum pernah melihat seorang tentara Romawi seperti
yang kalian lihat sekarang. Jika Allah mengalahkan mereka dengan tangan kalian,
mereka tidak pernah akan lagi berdiri terhadap Anda. Jadi taguhlah dalam pertempuran
dan pertahankan iman kalian. Jangan membelakangi musuh, atau nerakalah yang
akan menjadi tempat kalian [pada Hari Kiamat]. Waspadalah dan kukuh dalam
barisan kalian, dan jangan mulai menyerang sebelum aku memberikan
perintah."
PERTEMPURAN DI LEMBAH AJNADAIN
Matahari telah berada di puncaknya,
dan kedua pasukanpun telah berada di posisinya masing-masing. Pasukan Muslimin
telah bersiap siaga di barisannya menunggu perintah dari sang panglima. Begitu
juga dengan pasukan Romawi yang telah berbaris rapi menanti instruksi dari
panglima perangnya.
"Keluarkan kesatria kalian,
aku ingin berduel dengannya! kita buktikan Tuhan di pihak siapa!"
Teriak salah satu perwira pasukan Romawi yang kemudian disambut dengan teriakan
pasukan Romawi. Maka tidak perlu lama menunggu keluarlah salah satu kesatria
Islam yang menyambut tantangan itu hingga akhirnya Kesatria Islam itu diberikan
kemenangan, begitu selanjutnya satu demi satu tantangan duel di lancarkan oleh
perwira-perwira Romawi dan tantangan itu selalu di sambut dengan kemenangan di
pihak kesatria-kesatria Islam, hingga lemahlah semangat pasukan Romawi. Hal ini
wajar dalam peperangan di masalalu yang terlebih dahulu mengadu para jagoannya
untuk meningkatkan moral pasukannya masing-masing. Apabila salah satu jagoannya
menang maka akan meningkatkan semangat bertempur pasukan itu, namun apabila
kalah biasanya akan menyiutkan nyali pasukannya dan akan gentarlah mereka dalam
menghadapi peperangan.
Satu demi satu perwira Romawi
tumbang tertebas pedang kaum Muslimin, hingga akhirnya pekikan Takbir
diteriakan oleh panglima tanda penyerangan besar-besaran dimulai, begitu pula
dengan pasukan Romawi yang segera menyambut pasukan Muslimin dengan tombak dan
pedang-pedang mereka. Pertarungan sengit tidak bisa terelakan lagi, suara teriakan
dan gemerincing pedang yang bertemu semakin menambah suasana yang mencekam,
setiap pasukan saling serang dan saling menyergap hingga tiba-tiba muncul satu
orang prajurit berkuda hitam dan menggunakan pakaian hitam di seluruh tubuhnya
hingga hanya matanya yang terlihat jelas, ia kemudian masuk ke dalam gelanggang
pertempuran dengan memegang pedang di tangannya, ia merangsek masuk kedalam
pertahanan pasukan Romawi dan menebas setiap prajurit Romawi yang ada di
dekatnya hingga pedangnya bersimbah darah. Selanjutnya
terlihat ia mengobrak-abrik markas pasukan Romawi laksana api yang membakar. Ia
terus bergerak menghancurkan mereka. Debu mengepul tebal di depannya, tapi ia
terus maju sambil melancarkan serangan ke kanan kiri, hingga tanpa terasa
pedangnya sudah berlumuran darah segar. Ia berhasil membunuh banyak pasukan
musuh. Hingga akhirnya malam menyapa dan kedua pasukan menghentikan
serangannya.
Di
hari berikutnya kedua pasukan kembali berhadapan dan kembali saling menyerang,
kemudian untuk kedua kalinya prajurit misterius tersebut muncul berjibaku.
Tanpa mempedulikan risiko ia kembali menyeruak ke tengah-tengah barisan pasukan
musuh. Mereka ketakutan oleh sepak terjangnya. Tetapi mereka tidak tahu siapa
tentara Islam yang berani ini.
Diantara
komandan pasukan Muslim ialah Rafi' bin Umairah, ia ditanya oleh salah seorang
prajuritnya. "Wahai amir, siapa prajurit yang gagah berani itu?
aku belum pernah melihatnya sebelumnya." Tanyanya. "Aku
yakin itu adalah Khalid, hanya dia yang begitu sangat berani menyeruak masuk ke
tengah-tengah pasukan musuh tanpa memperdulikan resikonya." Kata
Rafi'
Ditengah-tengah
perang yang berkecamuk Rafi'i bin Umairah bertemu dengan Khalid dan kemudian
memujinya, mendengar pujiannya itu lantas ia menolak. "Itu bukan
aku wahai Rafi'. Demi Allah, Aku lebih tidak mengetahuinya dari pada kamu. Aku
benar-benar kagum kepadanya." Kata Khalid.
Rafi’
berkata “wahai panglima, ia sungguh luar biasa. Ia berani menembus barisan
pasukan Romawi sambil melancarkan serangan ke kanan kiri”.
Khalid
berteriak di tengah-tengah pasukan “hai pasukan kaum muslimin, bersatulah dan
bantulah orang yang membela agama Allah. Jangan sekali-kali gentar menghadapi
musuh”.
Khalid berada di
depan mereka. Tiba-tiba ia melihat lagi prajurit misterius tersebut. Ia seperti
bola api yang berkobar-kobar. Kudanya berjalan mengikutinya. Begitu bertemu
pasukan Romawi, ia langsung menyerang mereka tanpa rasa gentar.
Khalid melihat
tanda kemenangan, ia pun kembali memberikan semangat kepada pasukannya dan
memerintahkan mereka untuk memukul pasukan Romawi hingga mundur dari posisinya.
Pasukan Romawi yang telah terdesak kemudian tidak memiliki pilihan lain selain
menyerah kepada pasukan Muslimin. Maka berakhirlah peperangan di lembah
Ajnadain dengan kemenangan di pihak kaum Muslimin. Pekikan takbir membahana ke
angkasa, bendera-bendera Islam berkibar dengan gagahnya. Inilah hari dimana
kekuatan terbesar Romawi telah berhasil di kalahkan dan setelah ini Romawi akan
berfikir berulang kali untuk berhadapan dengan pasukan Muslimin.
Ditengah-tengah
suka cita kemengan pasukan Muslimin, Khalid mengawasi gerak gerik prajurit
misterius itu. Tatkala prajurit itu ingin meninggalkan lokasi pertempuran,
Khalid kemudian memerintahkan pasukannya untuk mengejar dan menangkapnya.
Pasukannya terus mengejar dan mendesaknya, hingga tentara misterius itu
terperangkap masuk ke barisan pasukan kaum muslimin dalam keadaan tubuh
berlumuran darah. Khalid dan anak buahnya berteriak: “Aduh, bukan main
tentara berkuda yang satu ini. Ia telah mempertaruhkan nyawanya di jalan Allah.
Ia juga telah memperlihatkan keberaniannya melawan musuh-musuhnya. Tolong
katakan terus terang kepada kami siapa namamu, dan bukalah baju besimu. Biar
kami dapat mengenalimu”.
Tetapi tentara
misterius berbaju hitam itu malah berpaling dari pasukan kaum muslimin yang
menanyainya. Ia tidak mau berbicara kepada mereka. Pasukan muslim semakin
penasaran. Salah seorang tentara muslim berkata padanya: “Hai orang
yang budiman, panglima kami ingin berbicara kepada Anda. Tetapi kenapa Anda
terkesan menghindarinya? Tolong, sebutkan nama Anda supaya kami lebih hormat
kepada Anda”. Lagi-lagi orang itu tidak memberikan jawaban sama
sekali.
Ketika didesak
terus oleh pertanyaan Khalid, akhirnya ia mau menjawab: “Kalau aku
selalu menghindar, itu karena aku merasa malu terhadap Anda. Karena Anda
adalah seorang panglima besar. Sedangkan aku ini hanya seorang gadis
pingitan."
Khalid
bertanya: “siapa kamu?”
Dia
menjawab, "Aku adalah Khaulah binti Al-Azwar. Ketika aku bersama
para perempuan dari kaumku, tiba-tiba ada yang datang kepadaku memberitahukan
bahwa saudaraku ditawan. Maka aku pun menunggang kuda itu dan melakukan seperti
apa yang engkau lihat."
Dengan demikian
pasukan kaum muslimin menjadi semakin lebih kuat berkat bantuan Khaulah binti
Al-Azwar. Sebaliknya beban yang harus ditanggung oleh pasukan Romawi jadi
semakin berat. Seorang pemimpin pasukan Romawi mengatakan: “Seandainya
seluruh pasukan kaum muslimin seperti orang itu, kita tidak akan berdaya
menghadapi mereka”.
Sungguh, betapa
beraninya sosok Khaulah hingga ia disegani oleh pemimpin pasukan Romawi.
Keberaniannya begitu membara, membakar semangatnya untuk berjuang di jalan
Allah apapun risiko yang akan dihadapi.
SIKAP KESATRIA KHAULAH BIN AL-AZWAR
DALAM PERANG SHAHURA
Khaulah binti Al-Azwar memiliki
sikap patriot dalam Perang Shahura, yang mana dia ditawan bersama para wanita
lainnya. Dia lalu menjadi pelopor dan mampu mengobarkan api perlawanan di dalam
hati mereka, sekalipun mereka tidak memiliki senjata apa pun.
Khaulah berkata, "Ambillah tiang tenda dan kayu-kayu pasak, lalu kita bawa kepada penjahat itu, semoga Allah memberi kita pertolongan atas mereka." Afra' binti Ghaffar berkata, "Demi Allah, apa yang kamu katakan kepada kami telah aku ingat tadi." Masing-masing dari wanita itu kemudian mengambil tiang tenda dan berteriak bersama-sama. Khaulah meletakkan tiang tenda itu di pundaknya dan diikuti oleh para wanita lainnya di belakang. Khaulah berkata kepada mereka, "Janganlah sebagian dari kalian berpisah dengan sebagian yang lain. Jadilah seperti kelompok yang melingkar dan janganlah bercerai berai sehingga dapat menyebabkan kalian kalah, tombak dan pedang musuh juga dapat menyambar dan melumpuhkan kalian."
Khaulah kemudian menyerang diikuti oleh para wanita lainnya di belakang. Mereka berhasil membunuh banyak musuh hingga mereka selamat dari cengkeraman tentara Romawi. Dia keluar dan berkata,
Kami adalah anak-anak perempuan pengikut
dan masih kemerah-merahan.
Akan tetapi serang kami terhadap musuh itu
tidak dapat dipungkiri.
Karena kami dalam perang itu seperti api
yang menyala dan pada hari ini kalian merasakan siksaan yang terbesar.
Perang itu telah dicatat oleh sejarah antara Arab dan Romawi. Dalam perang itu, Dhirar ditawan untuk yang kedua kalinya. Maka saudarinya, Khaulah bersedih atas peristiwa yang terjadi dan bertekad untuk membalas dendam kepada tentara Romawi. Khaulah binti Al-Azwar memecah kembali barisan musuh seraya mencari sudaranya. Namun dia tidak berhasil mendapatkannya. Dia berteriak lantang, "Wahai saudaraku, saudari perempuanmu adalah tebusanmu."
Semangat kaum muslimin kembali bangkit dan mereka mengepung Anthakiyah. Di sanalah tentara Romawi membentengi diri bersama para tawanan perang. Dalam perang itu, kaum muslimin menang dan berhasil membebaskan para tawanan setelah melalui perjuangan yang getir dan pahit. Dhirar kemudian kembali kepada saudarinya dan bergembira atas pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Khaulah binti Al-Azwar meninggal dunia pada masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan radhiallahu'anhu.
ini baru emansipasi wanita.
ReplyDeleteTerima kasih atas responnya.
DeleteJika tidak keberatan, mohon di Subscribe Channel Youtub saya mengenai sejarah di https://www.youtube.com/user/novalhardian337. Terima Kasih
Allahuakbar
ReplyDeleteTerima kasih responnya.
DeleteJika tidak keberatan, mohon di Subscribe Channel Youtub saya mengenai sejarah di https://www.youtube.com/user/novalhardian337. Terima Kasih
ijin share yah kak
ReplyDeletepaket bronet 24 jam