Wednesday, March 29, 2017

KHAULAH BINTI AL-AZWAR WANITA MISTERIUS PERANG AJNADAIN

Bulan bersinar memayungi kegelapan malam dan bintang pun berkelipan menambah kesyahduan, angin bertiup beriringan menyapu daun-daun menari di atas dahannya. Malam ini terlihat begitu cerah dan tampak awan-awan berjalan beriringan tertiup angin. Namun kesunyian malam tiba-tiba pecah ketika terdengar teriakan yang disertai derapan dan ringkikan suara kuda.

"Cepat pacu kuda kalian, jangan biarkan orang itu lolos!" Teriak salah satu tentara Romawi sambil memecut kudanya. Saling kejar mengejar tidak terelakan tatkala Dharar bin Azwar, seorang mata-mata dari tentara muslimin terlihat oleh para penjaga Romawi yang saat itu tengah berjaga-jaga di sekitar tenda-tendanya. Dharar berusaha memacu kuda dengan sekencang-kencangnya, matanya tajam menatap kehadapan tanpa menoleh lagi kebelakang, hingga tanpa ia sadari satu lesatan anak panah mengenai kakinya sehingga ia terjatuh dari kudanya. Sesegera  setelahnya pasukan romawi menangkap dan menawannya.

Khalid bin Walid yang saat itu menjabat sebagai panglima tentara muslimin setelah mendengar bahwa Dharar tertangkap amat murka terhadap pasukan Romawi. "Demi Allah, tidak ada satu kaum muslimin yang hilang kecuali akan ku cari, tidak akan ada satu kaum muslimin yang terbunuh kecuali akan ku balas, dan tidak akan ada satu kaum muslimin yang tertangkap kecuali akan ku bebaskan!" Katanya dihadapan para komandannya. Ia pun segera menyusun strategi bersama para komandan perangnya dan memberangkatkan pasukannya menuju Ajnadain, sebuah wilayah di kawasan Syiria, pasukan ini bertujuan untuk merebut wilayah kekuasaan romawi dan juga membebaskan Dharar bin Azwar.

Berita cepat menyebar, setelah utusan Khalid bin Walid sampai untuk mengabarkan para wanita muslimah bahwa pasukan muslimin akan bergerak ke Ajnadain maka taatlah mereka. Sebagian dari mereka menyambut seruan itu dan ikut serta dalam iring-iringan pasukan Islam termasuk juga Khaulah binti Azwar, saudari perempuan dari Dharar bin Azwar. Hatinya berkecamuk tatkala mendengar saudaranya tertangkap oleh pasukan romawi. Tanah yang diinjaknya seolah ikut bergetar mengikuti perasaan hatinya, tangannya mengepal kencang menahan gejolak hati bak seperti api yang menyala-nyala. Ia bergegas mempersiapkan bekal untuk perjalanannya, di ambilnya pedang bekas ayahnya serta perlengkapan tempurnya. "Inilah harinya, ini lah saatnya Romawi harus jatuh tersungkur. Cukup semua kedzoliman dan kesewenangan yang telah mereka perbuat di bumi ini." Gumamnya dalam hati sambil menatap tajam kearah pedang dan baju besi yang tengah di genggamnya. Maka berangkatlah ia bersama dengan para pasukan lainnya menuju Ajnadain.

Jauh di wilayah kekuasaan Romawi, Vardan, seorang panglima tentara Romawi setelah mengetahui bahwa pasukan Islam tengah bergerak untuk menuntut balas atas tertawannya teman mereka segera melapor kepada Kaisar Heraklius. "Yang mulia Kaisar Heraklius, saat ini pasukan Muslim tengah bergerak dengan kekuatan lebih dari 20.000 pasukan ke wilayah kita. Mata-mata mengatakan bahwa tujuan mereka untuk merebut kekuasaan kita atas kota Palestina. Kita harus segera menhabisi mereka di Ajnadain." Kaisar yang mendengar kabar itu menjadi sangat marah hingga matanya memerah. "Kurang ajar kau Abu Bakar! Kurang ajar kau Khalid!" kata Kaisar sambil memukul meja yang ada di hadapannya. "Kau bilang kekuatan pasukan muslimin sebanyak 20.000 orang? Mereka terlalu meremehkan kita! Kirimkan 100.000 pasukan ke arah mereka dan habisi mereka semua!"

Pasukan Romawi yang begitu sangat besar jumlahnya di mobilisasi dan hanya memiliki satu tujuan, yaitu menghabisi semua umat Islam yang berada di wilayah Ajnadain. Sungguh sangat jumlah yang tidak sebanding, iring-iringan pasukan Romawi berangkat dengan membawa pendeta-pendetanya yang sentiasa mengobarkan semangat para pasukan Romawi. Mereka merasa yakin didalam hatinya bahwa pasukan Islam telah mengalami kesalahan fatal telah berani meremehkan pasukan Byzantium Romawi. Sepanjang perjalanan suara genderang khas tentara Romawi tidak henti-hentinya di pukulkan, terompet-terompet ditiupkan bak mengisyaratkan bahwa tentara tak terkalahkan telah datang dan siapapun yang mengahalangi akan segera dihancurkan. Hingga sampailah mereka di tempat tujuan setelah melalui perjalanan panjang. Vardan saat itu membawa kudanya naik ke salah satu bukit dan dengan senyuman arogan ia melihat pasukan Muslimin telah sampai terlebih dahulu di Ajnadain. Tidak beberapa lama Theodore menyusulnya. "Jumlah seperti itu berani menantang pasukan dan kekuatan besar seperti kita! Sudah gila barangkali mereka!" kata Vardan sambil tertawa terbahak-bahak yang kemudian diikuti juga oleh Theodore.

Sementara itu di wilayah pasukan Muslimin, Khalid beserta para komandannya tengah menyusun strategi yang akan digunakan untuk menghancurkan pertahanan pasukan Romawi. Tidak ada rasa gentar dalam hati-hati mereka. Tatkala ada perasaan takut yang hinggap kedalam hati mereka ketika melihat iring-iringan tentara Romawi yang begitu banyak datang dengan genderang dan terompet mereka. Maka mereka teringat dengan perjuangan Rasulullah SAW dimasa-masa Islam mulai berkembang, tatkala meletusnya perang Badr dengan 1000 orang kekuatan Quraisy dan kaum Muslimin hanya berjumlah 313 orang saja. Benar-benar jika bukan karena pertolongan dari Allah Swt, maka tidak mungkin jumlah yang sekecil itu dan hanya menggunakan senjata sederhana bisa memenangkan peperangan, apalagi lawannya adalah kaum Quraisy yang lebih ahli dalam peperangan dan lebih baik persenjataannya. Inilah yang menjadi semangat tersendiri dalam hati-hati kaum Muslimin, bahwasanya kemenangan itu tidak diukur dari banyaknya jumlah, melainkan dari seberapa besar pertolongan Allah kepadanya.
"Ketahuilah, wahai Muslim, bahwa kalian belum pernah melihat seorang tentara Romawi seperti yang kalian lihat sekarang. Jika Allah mengalahkan mereka dengan tangan kalian, mereka tidak pernah akan lagi berdiri terhadap Anda. Jadi taguhlah dalam pertempuran dan pertahankan iman kalian. Jangan membelakangi musuh, atau nerakalah yang akan menjadi tempat kalian [pada Hari Kiamat]. Waspadalah dan kukuh dalam barisan kalian, dan jangan mulai menyerang sebelum aku memberikan perintah."

PERTEMPURAN DI LEMBAH AJNADAIN
Matahari telah berada di puncaknya, dan kedua pasukanpun telah berada di posisinya masing-masing. Pasukan Muslimin telah bersiap siaga di barisannya menunggu perintah dari sang panglima. Begitu juga dengan pasukan Romawi yang telah berbaris rapi menanti instruksi dari panglima perangnya.
"Keluarkan kesatria kalian, aku ingin berduel dengannya! kita buktikan Tuhan di pihak siapa!" Teriak salah satu perwira pasukan Romawi yang kemudian disambut dengan teriakan pasukan Romawi. Maka tidak perlu lama menunggu keluarlah salah satu kesatria Islam yang menyambut tantangan itu hingga akhirnya Kesatria Islam itu diberikan kemenangan, begitu selanjutnya satu demi satu tantangan duel di lancarkan oleh perwira-perwira Romawi dan tantangan itu selalu di sambut dengan kemenangan di pihak kesatria-kesatria Islam, hingga lemahlah semangat pasukan Romawi. Hal ini wajar dalam peperangan di masalalu yang terlebih dahulu mengadu para jagoannya untuk meningkatkan moral pasukannya masing-masing. Apabila salah satu jagoannya menang maka akan meningkatkan semangat bertempur pasukan itu, namun apabila kalah biasanya akan menyiutkan nyali pasukannya dan akan gentarlah mereka dalam menghadapi peperangan.

Satu demi satu perwira Romawi tumbang tertebas pedang kaum Muslimin, hingga akhirnya pekikan Takbir diteriakan oleh panglima tanda penyerangan besar-besaran dimulai, begitu pula dengan pasukan Romawi yang segera menyambut pasukan Muslimin dengan tombak dan pedang-pedang mereka. Pertarungan sengit tidak bisa terelakan lagi, suara teriakan dan gemerincing pedang yang bertemu semakin menambah suasana yang mencekam, setiap pasukan saling serang dan saling menyergap hingga tiba-tiba muncul satu orang prajurit berkuda hitam dan menggunakan pakaian hitam di seluruh tubuhnya hingga hanya matanya yang terlihat jelas, ia kemudian masuk ke dalam gelanggang pertempuran dengan memegang pedang di tangannya, ia merangsek masuk kedalam pertahanan pasukan Romawi dan menebas setiap prajurit Romawi yang ada di dekatnya hingga pedangnya bersimbah darah. Selanjutnya terlihat ia mengobrak-abrik markas pasukan Romawi laksana api yang membakar. Ia terus bergerak menghancurkan mereka. Debu mengepul tebal di depannya, tapi ia terus maju sambil melancarkan serangan ke kanan kiri, hingga tanpa terasa pedangnya sudah berlumuran darah segar. Ia berhasil membunuh banyak pasukan musuh. Hingga akhirnya malam menyapa dan kedua pasukan menghentikan serangannya.

Di hari berikutnya kedua pasukan kembali berhadapan dan kembali saling menyerang, kemudian untuk kedua kalinya prajurit misterius tersebut muncul berjibaku. Tanpa mempedulikan risiko ia kembali menyeruak ke tengah-tengah barisan pasukan musuh. Mereka ketakutan oleh sepak terjangnya. Tetapi mereka tidak tahu siapa tentara Islam yang berani ini.
Diantara komandan pasukan Muslim ialah Rafi' bin Umairah, ia ditanya oleh salah seorang prajuritnya. "Wahai amir, siapa prajurit yang gagah berani itu? aku belum pernah melihatnya sebelumnya." Tanyanya. "Aku yakin itu adalah Khalid, hanya dia yang begitu sangat berani menyeruak masuk ke tengah-tengah pasukan musuh tanpa memperdulikan resikonya." Kata Rafi'

Ditengah-tengah perang yang berkecamuk Rafi'i bin Umairah bertemu dengan Khalid dan kemudian memujinya, mendengar pujiannya itu lantas ia menolak. "Itu bukan aku wahai Rafi'. Demi Allah, Aku lebih tidak mengetahuinya dari pada kamu. Aku benar-benar kagum kepadanya." Kata Khalid. 

Rafi’ berkata “wahai panglima, ia sungguh luar biasa. Ia berani menembus barisan pasukan Romawi sambil melancarkan serangan ke kanan kiri”.

Khalid berteriak di tengah-tengah pasukan “hai pasukan kaum muslimin, bersatulah dan bantulah orang yang membela agama Allah. Jangan sekali-kali gentar menghadapi musuh”.
Khalid berada di depan mereka. Tiba-tiba ia melihat lagi prajurit misterius tersebut. Ia seperti bola api yang berkobar-kobar. Kudanya berjalan mengikutinya. Begitu bertemu pasukan Romawi, ia langsung menyerang mereka tanpa rasa gentar.

Khalid melihat tanda kemenangan, ia pun kembali memberikan semangat kepada pasukannya dan memerintahkan mereka untuk memukul pasukan Romawi hingga mundur dari posisinya. Pasukan Romawi yang telah terdesak kemudian tidak memiliki pilihan lain selain menyerah kepada pasukan Muslimin. Maka berakhirlah peperangan di lembah Ajnadain dengan kemenangan di pihak kaum Muslimin. Pekikan takbir membahana ke angkasa, bendera-bendera Islam berkibar dengan gagahnya. Inilah hari dimana kekuatan terbesar Romawi telah berhasil di kalahkan dan setelah ini Romawi akan berfikir berulang kali untuk berhadapan dengan pasukan Muslimin.

Ditengah-tengah suka cita kemengan pasukan Muslimin, Khalid mengawasi gerak gerik prajurit misterius itu. Tatkala prajurit itu ingin meninggalkan lokasi pertempuran, Khalid kemudian memerintahkan pasukannya untuk mengejar dan menangkapnya. Pasukannya terus mengejar dan mendesaknya, hingga tentara misterius itu terperangkap masuk ke barisan pasukan kaum muslimin dalam keadaan tubuh berlumuran darah. Khalid dan anak buahnya berteriak: “Aduh, bukan main tentara berkuda yang satu ini. Ia telah mempertaruhkan nyawanya di jalan Allah. Ia juga telah memperlihatkan keberaniannya melawan musuh-musuhnya. Tolong katakan terus terang kepada kami siapa namamu, dan bukalah baju besimu. Biar kami dapat mengenalimu”.

Tetapi tentara misterius berbaju hitam itu malah berpaling dari pasukan kaum muslimin yang menanyainya. Ia tidak mau berbicara kepada mereka.  Pasukan muslim semakin penasaran. Salah seorang tentara muslim berkata padanya: “Hai orang yang budiman, panglima kami ingin berbicara kepada Anda. Tetapi kenapa Anda terkesan menghindarinya? Tolong, sebutkan nama Anda supaya kami lebih hormat kepada Anda”. Lagi-lagi orang itu tidak memberikan jawaban sama sekali.

Ketika didesak terus oleh pertanyaan Khalid, akhirnya ia mau menjawab: “Kalau aku selalu menghindar, itu karena aku merasa malu terhadap Anda. Karena Anda  adalah seorang panglima besar. Sedangkan aku ini hanya seorang gadis pingitan."
Khalid bertanya: “siapa kamu?”

Dia menjawab, "Aku adalah Khaulah binti Al-Azwar. Ketika aku bersama para perempuan dari kaumku, tiba-tiba ada yang datang kepadaku memberitahukan bahwa saudaraku ditawan. Maka aku pun menunggang kuda itu dan melakukan seperti apa yang engkau lihat."

Dengan demikian pasukan kaum muslimin menjadi semakin lebih kuat berkat bantuan Khaulah binti Al-Azwar. Sebaliknya beban yang harus ditanggung oleh pasukan Romawi jadi semakin berat. Seorang pemimpin pasukan Romawi mengatakan: “Seandainya seluruh pasukan kaum muslimin seperti orang itu, kita tidak akan berdaya menghadapi mereka”.
Sungguh, betapa beraninya sosok Khaulah hingga ia disegani oleh pemimpin pasukan Romawi. Keberaniannya begitu membara, membakar semangatnya untuk berjuang di jalan Allah apapun risiko yang akan dihadapi. 

SIKAP KESATRIA KHAULAH BIN AL-AZWAR DALAM PERANG SHAHURA

Khaulah binti Al-Azwar memiliki sikap patriot dalam Perang Shahura, yang mana dia ditawan bersama para wanita lainnya. Dia lalu menjadi pelopor dan mampu mengobarkan api perlawanan di dalam hati mereka, sekalipun mereka tidak memiliki senjata apa pun.

Khaulah berkata, "Ambillah tiang tenda dan kayu-kayu pasak, lalu kita bawa kepada penjahat itu, semoga Allah memberi kita pertolongan atas mereka." Afra' binti Ghaffar berkata, "Demi Allah, apa yang kamu katakan kepada kami telah aku ingat tadi." Masing-masing dari wanita itu kemudian mengambil tiang tenda dan berteriak bersama-sama. Khaulah meletakkan tiang tenda itu di pundaknya dan diikuti oleh para wanita lainnya di belakang. Khaulah berkata kepada mereka, "Janganlah sebagian dari kalian berpisah dengan sebagian yang lain. Jadilah seperti kelompok yang melingkar dan janganlah bercerai berai sehingga dapat menyebabkan kalian kalah, tombak dan pedang musuh juga dapat menyambar dan melumpuhkan kalian."

Khaulah kemudian menyerang diikuti oleh para wanita lainnya di belakang. Mereka berhasil membunuh banyak musuh hingga mereka selamat dari cengkeraman tentara Romawi. Dia keluar dan berkata,

Kami adalah anak-anak perempuan pengikut dan masih kemerah-merahan.
Akan tetapi serang kami terhadap musuh itu tidak dapat dipungkiri.
Karena kami dalam perang itu seperti api yang menyala dan pada hari ini kalian merasakan siksaan yang terbesar.

Perang itu telah dicatat oleh sejarah antara Arab dan Romawi. Dalam perang itu, Dhirar ditawan untuk yang kedua kalinya. Maka saudarinya, Khaulah bersedih atas peristiwa yang terjadi dan bertekad untuk membalas dendam kepada tentara Romawi. Khaulah binti Al-Azwar memecah kembali barisan musuh seraya mencari sudaranya. Namun dia tidak berhasil mendapatkannya. Dia berteriak lantang, "Wahai saudaraku, saudari perempuanmu adalah tebusanmu."

Semangat kaum muslimin kembali bangkit dan mereka mengepung Anthakiyah. Di sanalah tentara Romawi membentengi diri bersama para tawanan perang. Dalam perang itu, kaum muslimin menang dan berhasil membebaskan para tawanan setelah melalui perjuangan yang getir dan pahit. Dhirar kemudian kembali kepada saudarinya dan bergembira atas pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Khaulah binti Al-Azwar meninggal dunia pada masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan radhiallahu'anhu.
 



5 comments:

  1. Replies
    1. Terima kasih atas responnya.
      Jika tidak keberatan, mohon di Subscribe Channel Youtub saya mengenai sejarah di https://www.youtube.com/user/novalhardian337. Terima Kasih

      Delete
  2. Replies
    1. Terima kasih responnya.
      Jika tidak keberatan, mohon di Subscribe Channel Youtub saya mengenai sejarah di https://www.youtube.com/user/novalhardian337. Terima Kasih

      Delete