
Di Eropa, namanya tercatat sebagai bajak laut kejam berjenggot merah penguasa samudera. Tapi dalam sejarah Islam, namanya harum mewangi sebagai laksamana penjaga wilayah Khilafah Utsmani yang perkasa.
Biografi Singkat
Beliau adalah Khidir bin Ya'kub seorang panglima armada laut kekhilafahan Turki Utsmani, beliau dilahirkan di Pulau lebos, Yunani 871 H/ 1467 M. Ia adalah anak terakhir dari empat bersaudara, ke empat saudaranya bernama Ishaq, Aruj, Ilyas, dan Muhammad. Ayahnya adalah Ya'qub seorang tentara elit pasukan Utsmani yakni Inkisyari. Sedangkan ibunya bernama Katalina Al-Masyihah. Ia dan saudaranya, Aruj merupakan panglima dan pejuang laut yang sangat terkenal, namanya di kenal semenjak ia dan saudara-saudaranya menjadi bajak laut yang sangat di takuti di kawasan Mediterania.Masa Pertumbuhan dan Perjuangan Barbarossa bersaudara

Khairuddin lahir pada tahun 1467 di pulau Lesbos di desa Palaiokipos, ia hidup bersama ke empat saudaranya yang bernama Ishaq, Ilyas, Aruj dan Muhammad. Khairuddin dan saudara-saudaranya tumbuh pada salah satu era paling menentukan dalam sejarah umat manusia. Mereka hidup di tengah benturan peradaban yang keras di wilayah Mediterania. Benturan peradaban antara Timur dan Barat, antara Islam dan Kristen. Hanya sekitar satu atau dua dekade sebelum kelahiran anak-anak ini, peradaban Islam terpenting saat itu, Turki Utsmani, di bawah pimpinan Muhammad al-Fatih pada tahun 1453, telah berhasil menaklukkan kota Konstantinopel. Kejatuhan kota yang merupakan ibukota Romawi Timur, Byzantium, sekaligus pusat Kristen Ortodoks itu menimbulkan jeritan putus asa dan kemarahan di belahan Eropa lainnya. Sebaliknya, hal itu meningkatkan semangat jihad dan kebanggaan di belahan dunia Islam mengingat Nabi Muhammad SAW sendiri telah meramalkan kejatuhan kota itu dalam haditsnya.
Keempat bersaudara itu menjadi pelaut, terlibat dalam urusan kelautan dan perdagangan laut internasional. Saudara laki-laki pertama yang terlibat dalam ilmu pelayaran adalah Aruj, yang bergabung dengan saudaranya Ilyas. Kemudian, setelah mendapatkan kapal sendiri, Khidr juga memulai karirnya di laut. Mereka pada awalnya bekerja sebagai pelaut, tapi di kemudian hari mereka menjadi ‘privateers‘ karena alasan tertentu. Kelompok ‘pejuang swasta’ penyerang kapal-kapal musuh. Orang Eropa kemudian menyebut mereka sebagai ‘Bajak Laut’.
Pada masa runtuhnya kekuasaan Islam di Granada (Andalusia) tahun 1492, tak ada penguasa Muslim yang berani melawan penguasa Kristen Spanyol Raja Ferdinand dan Ratu Isabella secara terbuka. Raja Kristen Eropa semakin percaya diri meluaskan invasi di kawasan Mediterania. Pasukan-pasukan Kristen kerap menganggu kapal para pedagang-pedagang muslim. Kenyataan getir itu tak mampu dihadapi oleh penguasa-penguasa Muslim, bahkan Turki Utsmani yang besar kekuasaannya saat itu setelah menguasai Konstantinopel pun tak berdaya. Di tengah ketidakberdayaan itu munculah Aruj dan Khairuddin yang membentuk kelompok ‘pejuang swasta’ untuk tampil menghadapi ancaman penjajah Kristen Eropa.
Keputusan Aruj (kakak Khairuddin) menjadi privateer, bermula saat ia merasakan pengalaman buruk dengan pelaut-pelaut Kristen Eropa. Kapal dagang Aruj pernah dibajak oleh ordo militer Saint John hingga membuat adik tercintanya, Ilyas terbunuh dan ia sendiri tertawan oleh mereka. Namun, ia berhasil meloloskan diri setelah dibantu oleh adiknya, Khairudin. Peristiwa itu menguatkan tekadnya untuk bangkit melawan orang-orang Eropa itu. Ia mengajak adiknya, Khidir (nama asli Khairuddin), untuk ikut serta dalam perjuangan itu. Aruj dan Khidir (Khairuddin) memulai ‘karir’ jihad mereka dengan sebuah kapal dan persenjataan terbatas. Namun, keterampilan keduanya menjadikan kekuatan mereka tumbuh semakin kuat dan muncul sebagai armada yang ditakuti di perairan Mediterania. Jenggot mereka yang berwarna merah kemudian membuat mereka lebih dikenal dengan nama yang menggetarkan yaitu Barbarossa, atau Si Janggut Merah.
Perjuangan Aruj Barbarossa

Pemerintahan Khairuddin Barbarossa di Al-Jazair
Khairuddin Barbarossa menggantikan kakaknya, Aruj, dalam berjuang melawan Spanyol, Ketiadaan Aruj ternyata tidak melemahkan Khairuddin. Ia segera memperlihatkan kepiawaiannya dalam memimpin. Sejak masa mudanya ia telah memperlihatkan kepribadian yang menonjol. Sebagaimana kakaknya, fisik Khairuddin sangat kuat. Ia berani sekaligus penuh perhitungan. Selain itu, ia juga cerdas dan mampu berbicara dalam berbagai bahasa yang biasa digunakan di Mediterania, seperti bahasa Turki, Arab, Yunani, Spanyol, Italia, dan Perancis. Setelah Aruj gugur di medan pertempuran, Khairuddin mempertimbangkan lebih serius hubungan dengan kesultanan Turki. Masyarakat Aljazair dan sekitarnya memang mengharapkan kehadiran Khairuddin dan pasukannya, tapi beberapa penguasa setempat cenderung memusuhinya. Maka ia meminta penduduk Aljazair untuk mengalihkan loyalitas mereka pada Sultan Turki. Masyarakat Aljazair setuju, dan suatu misi diplomatik pun diutus ke Istanbul. Misi tu berjalan dengan baik. Pada tahun 1519, Khairuddin Barbarossa secara resmi ditetapkan menjadi semacam gubernur Turki di Aljazair. Pada tahun berikutnya, Sultan Salim meninggal dan digantikan oleh Sultan Sulaiman The Magnificent (Al-Qonuniy) yang kemudian dikenal sebagai salah satu sultan terbesar Turki Utsmani. Hubungan Barbarossa dengan Turki menjadi semakin erat pada masa Sulaiman yang memerintah selama empat puluh delapan tahun. Kendati telah ditetapkan sebagai penguasa Aljazair, Khairuddin Barbarossa lebih sering berjuang di lautan sebagaimana masa-masa sebelumnya. Ia dan armadanya sempat menyelamatkan tujuh puluh ribu Muslim Andalusia yang tertindas di bawah pemerintahan Charles V. Orang-orang Islam ini dipaksa masuk Kristen dan diancam dengan penyiksaan inkuisisi yang sangat kejam sehingga terpaksa melarikan diri ke gunung dan melakukan perlawanan. Kekuatan mereka jelas sangat tidak seimbang dibandingkan kekuatan pasukan Charles. Maka mereka pun meminta bantuan Barbarossa yang segera menolong dan memindahkan mereka secara bertahap ke Aljazair.
Pada tahun 1529, Khairuddin Barbarossa berhasil merebut kembali Pulau Penon yang terletak di seberang Aljir dan selama bertahun-tahun dikuasai oleh tentara Spanyol. Ia dan pasukannya membombardir benteng pulau itu selama dua puluh hari. Dua puluh ribu tentara Spanyol yang berlindung di balik benteng itu berhasil ditawan dan dipekerjakan untuk membangun benteng di pesisir Aljir. Tujuh kapal Spanyol yang kemudian datang untuk memberikan bantuan akhirnya juga jatuh ke tangan Barbarossa. Pada tahun yang sama, Sultan Sulaiman menyerang dan mengepung kota Wina, Austria, untuk yang kedua kalinya. Walaupun serangannya yang kedua ini juga gagal sebagaimana sebelumnya, hegemoni tentaranya di darat, bersama dengan kekuatan armada Barbarossa di Laut Tengah, telah menimbulkan tekanan dan kekhawatiran yang besar di Eropa Barat.
Pada tahun 1533, Khairuddin diundang ke Istanbul oleh Sultan Turki. Ia pun berangkat dengan 40 kapal, dan sempat berpapasan dan memenangkan pertempuran melawan armada Habsburg di perjalanan ke Istanbul. Setibanya di ibu kota Turki Utsmani itu ia disambut dengan meriah dan diangkat sebagai Kapudan Pasha (Grand Admiral), posisi tertinggi di angkatan laut Turki. Ia menyandang gelar itu hingga tahun kematiannya, 1546. Tentu saja ini merupakan sebuah puncak karir yang luar biasa untuk seorang ‘bajak laut’. Tapi Barbarossa memang dianggap sangat layak untuk posisi itu oleh para petinggi Turki Utsmani. Kemampuannya di bidang angkatan laut sangat diperlukan untuk membangun armada Turki yang tangguh. Bahkan seorang konsul Prancis menyatakan bahwa puncak kesuksesan Dinasti Utsmani di lautan telah dimulai ketika Khairuddin menghentakkan kakinya di pelabuhan Istanbul.
Ketegangan dengan pihak Spanyol semakin serius setelah itu. Pasukan gabungan Spanyol yang sangat besar jumlahnya berhasil merebut Tunisia dari tangan Barbarossa pada tahun 1535. Barbarossa kemudian membalasnya dengan menyerang Puerto de Mahon di Kepulauan Baleares, Spanyol, dan merebut beberapa kapal Spanyol dan Portugis yang baru saja kembali dari benua baru Amerika dengan membawa emas dan perak yang telah mereka rampas dari penduduk setempat.
Tiga tahun setelah itu, terjadi sebuah pertempuran besar antara armada Kristen dan Muslim di Preveza, Yunani. Armada Kristen yang terdiri dari 600 kapal Spanyol, Holy Roman Empire, Venesia, Portugis, Genoa, Vatikan, Florence, Malta, dan negara-negara Eropa lainnya yang dipimpin oleh Andre Doria berusaha melumatkan armada Barbarossa yang jumlahnya hanya sepertiga dari kekuatan musuh. Setelah saling mengintai di perairan Ionian, Yunani, armada Barbarossa memasuki Selat Preveza yang sempit dan menunggu di teluk besar yang terdapat di bagian dalamnya, sementara musuh menunggu mereka di luar. Ini terjadi pada hari Jum’at, 27 September 1538. Barbarossa mengumpulkan pasukannya untuk mengatur strategi dan memutuskan untuk bergerak keluar dan menghadapi musuh secara langsung. Armadanya melintas keluar Selat Preveza pada hari Sabtu sebelum fajar. Kedua armada besar itu saling berhadap-hadapan pada saat matahari baru saja naik. Barbarossa dan armadanya berhasil menerapkan strategi perang secara jitu. Kendati jumlah kapal mereka lebih sedikit, tapi kapal-kapal mereka lebih lincah dan meriam-meriam mereka mampu menjangkau jarak yang lebih jauh. Setelah bertempur selama beberapa jam, armada Barbarossa mampu melumpuhkan separuh armada Kristen. Kekalahan telak yang tak disangka-sangka ini membuat armada pimpinan Andrea Doria itu terpaksa mengundurkan diri. Kaum Muslimin berhasil memenangkan pertempuran besar itu.

Setelah 1538, beberapa pertempuran masih terjadi antara pihak Kristen dan Muslim, dan lebih sering dimenangkan oleh pasukan Muslim. Ketika Charles V berusaha menguasai Aljazair dengan 200 kapal perangnya pada tahun 1541, mereka malah disergap badai di perairan Aljir, dan terpaksa kembali pulang dengan kerugian besar. Di tahun-tahun terakhir hidupnya, Barbarossa sempat ditugasi membantu pasukan Prancis yang pada masa itu bermusuhan dengan Spanyol di bawah kepemimpinan Charles dan memilih untuk bersekutu dengan Turki. Ia membantu Prancis merebut kota Nis pada tahun 1543, kemudian menetap di kota Toulon selama musim dingin, sebelum pergi ke Genoa untuk menegosiasikan pembebasan salah satu anak buah terbaiknya, Turgut Reis.
Khairuddin Barbarossa meninggal dunia dengan damai di Istanbul pada tanggal 5 Juli tahun 1546 M. Ia tetap dikenang sebagai seorang pejuang lautan yang tangguh dan seorang mujahid kendati orang Eropa menyebutnya sebagai ‘Bajak Laut’. Selama masa hidupnya, sebagian besar wilayah Afrika Utara berhasil dibebaskan dari penjajahan Eropa dan perairan Mediterania berhasil diamankan. Setelah wafatnya, kedudukan Khairuddin Barbarossa sebagai Kapudan Pasha dipegang oleh Turgut Reis hingga yang terakhir ini syahid pada tahun 1565 dalam pertempuran menghadapi ordo Saint John di Pulau Malta.
No comments:
Post a Comment