Wednesday, August 26, 2015

Runtuhnya Majapahit dan Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara.

Edisi 1

Runtuhnya Majapahit dan Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara.

Detik-Detik  Runtuhnya  Majapahit

Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mencapai masa kejayaannya, kekuasaannya hampir menyelimuti seluruh wilayah Asia Tenggara. Akan tetapi, di 1awa ada satu daerah yang belum tunduk pada Majapahit, yaitu kerajaan Sunda di Jawa Barat. Pada masa konflik, kerajaan itu pernah di serang sebanyak dua kali oleh kerajaan Majapahit, akan tetapi serangan dari Majapahit selalu dapat di patahkan. Berdasarkan sumber Kidung Sundayana, Gajah Mada kemudian berusaha menundukan Kerajaan Sunda dengan cara diplomatis dan kekeluargaan. Tahun 1357, Raja Hayam Wuruk bermaksud meminang putri Kerajaan Sunda yang bernama Dyah Pitaloka (Citrasemi) untuk dijadikan permaisurinya. Lamaran Hayam Wuruk diterima dengan senang hati oleh Kerajaan Sunda, bahkan Sri Baduga ayah dari puti Dyah Pitaloka datang sendiri ke Majapahit untuk menghantarkan sang putri. Sesampainya di Majapahit, Sri Baduga beserta rombongan Kerajaan Sunda berkemah di lapangan Bubat dan menanti kedatangan Hayam Wuruk.

Awalnya Hayam Wuruk menghendaki dan bersedia untuk menjeput langsung calon permaisurinya. Namun, Gajah Mada menyarankan agar Dyah Pitaloka diantarkan langsung menuju istana oleh Sri Baduga sendiri sebagai tanda ketundukannya kepada Majapahit. Permintaan ini ditolak mentah-mentah oleh Sri Baduga karena hal ini dianggap tidak pantas dan melanggar etika. Penolakan ini dianggap sebagai penghinaan oleh pihak Majapahit sehingga pertempuran tidak dapat dihindarkan lagi. Pada pertempuran ini Majapahit dipimpin oleh maha patih Gajah Mada berhasil mengalahkan dan membunuh Sri Baduga dan para pengikutnya, sedangkan Dyah Pitaloka kemudian bunuh diri di tempat itu juga. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan nama perang Bubat.

Peristiwa pada perang Bubat ini yang awalnya dikira tidak memberikan efek yang dapat merugikan pihak Majapahit karena pihak Majapahit mengira sudah berhasil menundukan Kerajaan Sunda justru malah bak seperti senjata makan tuan. Citra Hayam Wuruk justru memudar dan hubungan antara Gajah Mada dan Hayam Wuruk justru malah memburuk, pihak Majapahit mengecam tindakan Gajah Mada yang terlalu ceroboh dan curiga. Hal ini membuat peran Gajah Mada pada pentas politik Majapahit juga ikut menyurut, surutnya karir Gajah Mada ini di tandai dengan penganugerahan tanah di daerah Madakripura atau Porbolinggo pada saat ini. Penganugerahan ini pada dasarnya adalah siasat Hayam Wuruk untuk menjauhkan Gajah Mada dari urusan politik Majapahit. Meskipun tetap memangku jabatan sebagai Maha Patih Amangkubhumi sampai akhir hayatnya, hadiah tanah Madakripura itu dengan sendirinya telah menjauhkan Gajah Mada dari urusan politik Majapahit.

Tidak hanya itu, peristiwa berdarah di lapangan Bubat juga menghancurkan hubungan baik antara Majapahit dengan Kerajaan Sunda. Pangeran Niskalawastu Kencana yang menggantikan ayahnya Sri Baduga, memutuskan hubungan diplomatik dengan Majapahit dan menerapkan isolasi terbatas dalam hubungan kenegaraan antar dua kerajaan.

KEMATIAN GAJAH MADA
Perihal kematian Gajah Mada, Negarakretagama menyebutkan bahwa ketika Hayam Wuruk kembali dari acara keagamaan di simping, ia mendapat kabar bahwa Gajah Mada jatuh sakit. Gajah Mada disebutkan meninggal dunia tahun 1289 Saka atau 1363 Masehi. Kematian Gajah Mada ini menyisakan kepedihan yang mendalam bagi Hayam Wuruk dan juga masyarakat Majapahit. Pasalnya, Gajah Mada adalah sosok patih yang telah berjasa besar bagi kejayaan Majapahit.

Kematian Gajah Mada ini juga bisa disebut sebagai detik-detik kehancuran Majapahit. Pasca meninggalnya Gajah Mada, Hayam Wuruk mengundang dewan Sapta Prabu untuk merundingkan pengganti Gajah Mada. Dalam perundingan tersebut Dewan Sapta Prabu memutuskan bahwa Patih Amangkubhumi tidak bisa diganti. Setelah itu Majapahit mengalami masa kekosongan Maha Patih selama tiga tahun, di tahun yang ketiga barulah diangkat menjadi Maha Patih Gajah Enggon sebagai Patih Amangkubhumi.

Gajah Enggon meninggal pada tahun 1320 Saka atau 1398 Masehi, Gajah Enggon menjabat sebagai Maha Patih selama 27 tahun, setelahnya jabatan Maha Patih digantikan oleh Gajah Manguri dan menjabat selama 4 tahun, setelah itu Gajah Manguri di gantikan oleh Gajah Lembana dan menjabat selama 12 tahun. Adapun urutan Maha Patih yang ada di Majapahit adalah sebagai berikut :

  • Nambi (1294-1316)
  • Halayuda (1316-1323)
  • Arya Tadah (1323-1334)
  • Gajah Mada (1134-1364)
  • Tiga Tahun Kosong
  • Gajah Enggon (1367-1394)
  • Gajah Manguri (1394-1398)
  • Gajah Lembana (1398-1410)
  • Tuan Tanaka (1410-1420)


PEREBUTAN KEKUASAAN ANTAR KELUARGA KERAJAAN

Pada tahun 1389, Raja Hayam Wuruk wafat dan dimakamkan di Candi Ngetos, Nganjuk. Hayam Wuruk meninggalkan seorang putri bernama Kusumawardhani yang kemudian di nikahkan dengan Wikramawardhana. Sepeninggal Hayam Wuruk inilah dimulainya periode panjang kekacauan politik di bumi Majapahit. Majapahit diliputi pertentangan antara keluarga raja yang berebut hak waris atas takhta kerajaan.

Perang pertama terjadi pada tahun 1401 antara Wikramawardhana selaku menantu Hayam Wuruk dan anak dari Hayam Wuruk dari selir yang bernama Bhre Wirabhumi yang didalam kitab Pararaton peperangan ini disebut dengan nama Perang Paregreg. Tahun 1405 Laksamana Cheng Ho memimpin armada utusan China ke Pulau Jawa. Pada tahun berikutnya yaitu 1406, di Jawa sedang terjadi peperangan antara keluarga kerajaan Majapahit, Cheng Ho dan para pengikutnya yang saat itu sedang berada di Kerajaan Wirabhumi juga ikut menjadi korban atas penyerangan Wikramawardhana, 170 pengikut Cheng Ho tewas di tangan pasukan Wikramawardhana, hal ini membuat Cheng Ho menjatuhkan hukuman denda kemapada Wikramawardhana sebanyak 60.000 keping emas, namun sampai tahun 1408 denda yang di bayar baru bisa dibayar 10.000 keping emas. Tetapi atas kebaikan Kaisar China sisa denda di bebaskan sehingga Majapahit terbebas dari beban hutang. Setelah itu Majapahit di hiasi dengan peperangan antar keluarga kerajaan.

RUNTUHNYA MAJAPAHIT

Mengenai keruntuhan Majapahit ada beberapa peristiwa penting yang mengawali keruntuhan majapahit, peristiwa-peristiwa itu antara lain perang saudara antar keluarga kerajaan seperti yang telah di jelaskan di atas, hilangnya kekuasaan pusat di luar daerah sekitar ibu kota Majapahit dan penyebaran Agama Islam yang sejak kurang lebih tahun 1400 berkembang pesat di Malaka dan diikuti dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam yang kemudian menentang kedaulatan Majapahit.

************

Pada bagian ini kita terlebih dahulu mengetahui masa-masa kehancuran Majapahit yang setelahnya akan di ikuti dengan berdirinya kesultanan-kesultanan di daerah bekas kekuasaan Majapahit yang kemudian menantang dan menyerang pusat kekuasaan Majapahit, Inshaa Allah pembahasan mengenai penyerangan Kerajaan Islam Demak ke Majapahit akan di bahas pada tulisan brikutnya.



No comments:

Post a Comment