Friday, August 28, 2015

Masuk Islam Ke Nusantara dan Berdirinya Kerajaan Demak

Edisi 2



MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA
Beberapa penulis menyebutkan bahwa Islam pertama kali masuk ke Nusantara itu pada abad ke 13 Masehi. Akan tetapi, R.K.H Abdullah bin Nuh salah satu sejarawan terkemuka Indonesia menyebutkan bahwa Islam pertama kali masuk ke Nusantara bahkan Asia Tenggara jauh lebih lama dari perkiraan tersebut. Menurutnya, hubungan perdagangan atau perniagaan antara Nusantara dan sekitarnya dengan negeri Arab telah terjalin lama bahkan berabad-abad yang lalu jauh sebelum lahirnya Nabi Muhammad SAW. Dijelaskan lebih lanjut bahwa kota-kota di Yaman telah mempunyai hubungan perdagangan dengan negri-negri lain seperti Afrika, India, Asia Tenggara, dan Timur Jauh, yaitu Cina dan Jepang. Mereka tidak hanya menjual hasil bumi dari Arab saja melainkan barang-barang yang mereka datangkan dari Afrika, India dan sebagainya seperti, gading gajah, wangi-wangian, rempah-rempah, emas dan sebaginya. Besar kemungkinan bahwa Islam juga dibawa oleh para pedagang Arab ke Asia Tenggara pada abad pertama dari Tarikh Hijriah atau abad ke 7 Masehi. Hal ini menjadi lebih kuat setelah T.W. Arnold mengemukakan pendapatnya yang tertera dalam bukunya yang berjudul The Preaching of Islam, sejarah da'wah Islam pada abad ke 2 H perdagangan dengan Sailan atau Srilangka sudah seluruhnya di tangan bangsa Arab. Pendapat yang sama juga dijelaskan oleh Prof. Dr. B. H. Burger dan Prof. DR. Mr. Prajudi dalam Sedjarah Ekonomis Sosiologis Indonesia.

Menurut Sir Thomas Arnold, para pedagang ini memiliki peran penting didalam penyebaran Islam ke Nusantara. Mereka, selain melakukan aktifitas perdagangan, juga menyebarkan Agama Islam pada penduduk lokal, terutama para penduduk yang berada dekat pelabuhan atau Bandar Perdagangan. Keterangan tentang peranan bangsa Arab dalam dunia perniagaan juga diperkuat dengan adanya perkampungan Arab Islam di pantai barat Sumatera abad ke 7. Dari kenyataan ini bahwa nyatalah peranan bangsa Arab dalam memasukan Agama Islam ke Nusantara. Hamka dalam seminar sejarah masuknya Agama Islam di Indonesia (1963) menegaskan bahwa bangsa Arab merupakan pembawa Agama Islam ke Indonesia, kemudian diikuti oleh orang Persia dan Gujarat. Gujarat dinyatakan sebagai tempat singgah semata, dan Makkah sebagai pusat, atau Mesir sebagai tempat pengambilan ajaran Islam. Hamka menolak pendapat yang mengatakan bahwa Islam baru masuk ke Nusantara pada abad ke 13, karena kenyataannya di Nusantara pada abad itu telah berdiri suatu kekuatan politik Islam. Maka sudah tentu bahwa Islam masuk ke Nusantara sebelumnya yakni pada abad 7 Mesehi atau awal abad Hijriyah.

AWAL MULA BERDIRINYA KERAJAAN DEMAK
Sebagaimana telah dijelaskan di awal, bahwa ketika Islam masuk dan berkembang pesat di Samudera Pasai dan Malaka, banyak penduduk lokal yang berada di dekat pelabuhan atau pesisir beralih agama menjadi Islam. Hal ini dikarenakan selain Pantai Utara sebagai tempat bertemunya bermacam kebudayaan , tetapi juga kurang mendapatkan pantauan dari pusat kerajaan Majapahit. Banyaknya penduduk lokal yang memeluk Agama Islam di pesisir pantai berakibat pada tumbuhnya perkampungan pendatang dan juga perkampungan Islam. Disadari atau tidak, munculnya perkampungan tersebut telah membunuh urat nadi perekonomian Majapahit. Perekonomian di daerah pantai, secara perlahan beralih ke tangan pendatang. Hal ini jelas sangat berpengaruh terhadap proses hancurnya Majapahit. Seiring dengan semakin bersinarnya Majapahit, kota-kota besar didaerah pesisir dikuasai oleh para pedagang Muslim. Dimana saudagar-saudagar tersebut kemudian membuka bandar-bandar dagang baru yang dapat menyaingi bandar dagang Majapahit.

Bintoro atau Demak, dahulu bernama Desa Glagah Wangi, merupakan salah satu pesisir yang menjadi pesaing berat bandar dagang Majapahit. Banyak para pedagang dari berbagai negara datang dan menetap di Demak dan menyebarkan Agama Islam disana. Pada masa Raja Kertabhumi memerintah Majapahit (1474-1478 M), Demak dipimpin oleh seorang adipati yang beraga Islam, yaitu Raden Patah. Raden Patah adalah putra Raja Brawijaya V dari istri Cina yang diasuh oleh Arya Damar. Demak dibawah kepemimpinan Raden Patah tumbuh menjadi daerah menjadi daerah yang sangat maju, dan dikenal oleh kalangan pedagang, baik dari dalam maupun luar Nusantara.

Dalam perkembangannya Raden Patah berhasil mengumpulkan orang-orang beragama Islam fanatik, baik dari keturunan Cina maupun Jawa yang bermukim di Demak. Orang-orang tersebut kemudian dididik untuk menjadi angkatan perang kadipaten Demak. Hal ini menjadi prestasi luar biasa dari Raden Patah dalam mewadahi masyarakat Islam. Dalam perkembangannya, orang-orang Islam yang berhasil dipersatukan oleh Raden Patah tersebut menjadi satu kekuatan besar bagi Kadipaten Demak. Kekuatan itu meliputi bidang kemiliteran, pemerintahan dan juga bidang perekonomian. Kekuatan besar itulah yang menjadi modal utama bagi Demak untuk melepaskan diri dari cengkraman Majapahit. demak yang mendapatkan bantuan dari daerah-daerah pesisir seperti Jepara, Surabaya, Kudus dan Banten secara terang-terangan memisahkan diri dari Majapahit. Demak kemudian menjadi kerajaan yang berdiri sendiri dan bercorak Islam (1478 M). Raja pertamanya adalah Raden Patah, yang bergelar Sultan Sri Alam Akbar (Senopati Jin Bun Ngabdur Rahman Panembahan Palembang Sayidin Panata Gama).

Selama kurang lebih tiga tahun, Demak di bawah kekuasaan Raden Patah telah berhasil menorehkan prestasi yang luar biasa besar. Raden Patah kemudian berhasil menguasai Semarang, yang kemudian berlanjut dengan dikuasainya kota Majapahit (1478) dan seluruh pemerintahannya.

Tahun 1517 M, Demak kembali menyerbu Majapahit dan berhasil memutus hubungan antara Majapahit dengan Portugis. Pada penyerangan berikutnya, yakni sekitar tahun 1527, Demak berhasil menghilangkan Majapahit dari bumi Nusantara. Maka dengan begitu runtuhlah seluruh kekuasaan Majapahit, imperium besar di Nusantara yang luas kekuasaannya hampir seluas dengan Indonesia saat ini. 

KERAJAAN DEMAK


 Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa, Mula-mula Demak hanyalah suatu bandar perdagangan yang kedudukan peranannya tidak Iebih dari pada bandar-bándar lain yang terdapat di pesisir utara Pulau Jawa, seperti Tuban, Gresik dan Surabaya. Sebagai bandar perdagangan, Demak dengan segera memegang kedudukan yang penting. Karena terletak ditengah-tengah jaringan perdagangan nasional yang membentang dari Maluku hingga Selat Malaka. Selain daripada itu Demak juga dapat mengexport beras dan bahan makanan Iainnya kedaerah-daerah Selat Malaka dan daerah-daerah Indonesia Timur. Berkat export beras itu pedagang-pedagang pesisir Jawa dapat menguasai perdagangan rempah-rempah yang sangat dibutuhkan oleh dunia.

Tatkala Raden Patah memerintah Demak (akhir abad-15), kedudukan peranan Demak menjadi lebih besar dan lebih penting diantara bandar-bandar dagang dipesisir Jawa. OIeh sebab itu Demak dapat dan mampu menyatukan kota-kota pesisir seperti: 

  • Lasem, 
  • Tuban, 
  • Gresik 
  • Sedayu 

      Dalam wadah Kesultanan Demak. Patah lalu diakui sebagai pemimpin kota-kota pesisir dengan gelar Sultan. Kedudukan peranan Demak makin Iebih penting lagi, setelah tahun 1511 Malaka dikuasai orang Portugis. Banyak pedagang-pedagang Islam yang memindahkan kegiatannya ke daerah-daerah Demak. Sultan Demak juga diakui sebagai pemimpin umat Islam dalam menghadapi bahaya Portugis.

Perjuangan Demak menghadapi orang Portugis.
      Sebagai negara Islam dan Negara maritim yang menguasai sebagian besar perdagangan pelayaran Nusantara, dengan segera Demak bersaingan bermusuhan dengan orang Portugis. Demak tampil kedepan untuk membendung arus expansi Portugis. Sikap itu merupakan jawaban terhadap tantangan yang nyata-nyata membahayakan umat Islam. Demak berhasrat untuk menghancurkan Portugis di sarangnya sendiri, yaitu Malaka. Maka dari itu Demak menyusun Angkatan Laut besar-besaran. Angkatan Laut itu terdiri dan kapal-kapal besar yang mampu berlayar jauh dan dipersenjatai dengan meriam-meriam buatan sendiri. Kecuali berfungsi sebagai bandar niaga yang utama, Jepara dijadikan pangkalan Angkatan Laut.

     Di bawah pimpinan Pati Unus, pada tahun 1512 bersama-sama dengan Aceh, armada Demak menyerbu Malaka. Demak hendak merebut Malaka dan sekaligus menghancurkan sarang kekuatan Portugis di Asia Tenggara. Sayang armada itu dapat dipukul mundur oleh armada Portugis. Kegagalan tersebut tidak melemahkan semangat Demak. Berkali-kali Aceh dan Johor dibantu untuk merebut Malaka. Namun terbukti setiap usaha selalu mengalami kegagalan. Akhirnya VOC Iah nanti yang berhasil merebut Malaka, yaitu pada tahun 1641.
    
       Usaha Demak untuk membinasakan kekuatan Portugis tidak terbatas pada penyerbuan Malaka. Kapal-kapal Portugis lalu dicegat dan diserang bila berani melewati Laut Jawa. Karena itu kapal-kapal Portugis selalu mengambil jarak melingkar. Yaitu melalui Brunei, menyusuri pantai utara Kalimantan, Sulawesi Utara terus Ternate. Mereka selalu menghindani kapal-kapal Demak.


Kesimpulan: Penjuangan Demak untuk mengusir melenyapkan kekuasaan orang Portugis dari Asia Tenggara tidak berhasil. Namun tidak berarti perjuangan itu sia-sia belaka. Berkat perjuangan Demak, gerak expansi Portugis khususnya ke Jawa dapat digagalkan. Dan berkat perjuangan Demak pula, kekuasaan Portugis di Asia Tenggara tidak bisa tumbuh berkembang menjadi kekuasaan yang besar.

Masa Kejayaan 
       Sewafat Raden Patah, takhta Demak jatuh ketangan putranya. Pati Unus: 1518 -1521. Pati Unus tidak lama memerintah. Karena beliau wafat dalam jihadnya melawan Portugis dan juga beliau tidak berputera, Pati Unus digantikan saudaranya, yaitu Trenggono yang memenintah: 1521 -1546. Dibawah pemerintahan Trenggono, Demak mengalami masa keemasannya. Daerah kekuasaan dan pengaruh Demak membentang dari Banten hingga Surabaya. Berkat perkawinan politik antara putrinya dengan Pangeran Laggar, Madura pun termasuk daerah pengaruh Demak.

Perkawinan politik yang serupa dijalankan juga untuk menguasai Pajang dan Mataram yang kaya beras. Adiwijoyo putra bupati Pengging dijadikan menantu. Pada jaman Trenggono, Demak giat melakukan expansi guna memperbesar daerah kekuasaannya dan guna membendung masuknya kekuasaan Portugis di Jateng dan Jatim.

Dibawah pimpinan Fatahillah pada tahun 1525 pasukan Demak berhasil menduduki Banten hingga selat Sunda sepenuhnya dapat diawasi dan dikuasai oleh Demak. Sebagai pintu gerbang Indonesia Selat Sunda tidak kalah pentingnya dengan Selat Malaka. Seperti telah kita ketahui, sejak Malaka dikuasai Portugis tahun 1511, jalan niaga Islam beralih melalui Selat Sunda. Penguasaan Portugis atas Pasai pada tahun 1521, Iebih meramaikan lalu lintas di Selat Sunda, karena Selat Malaka tertutup
rapat bagi pedagang-pedagang Islam. Dengan menguasai Banten, Demak hendak mendirikan pusat niaga baru di Asia Tenggara yang menggantikan kedudukan Malaka.

Dalam pada itu antara Portugis dengan kerajaan Hindu Pajajaran telah diadakan suatu perjanjian (1522), yang mengijinkan orang Portugis untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa. Orang Portugis hendak menanamkan pengaruhnya di Jabar serta hendak membinasakan jalan niaga Islam yang melewati Selat Sunda. Sebelum Portugis dapat mendirikan bentengnya di Sunda Kelapa, Fatahillah telah Iebih dulu dapat menguasai Sunda Kelapa (tahun 1527). Armada Portugis yang tiba disana pada tahun itu pula dapat dikalahkan. Karena kemenangannya yang gilang-gemilang tadi nama Sunda Kelapa lalu diganti menjadi Jayakarta, yang artinya :Kemenangan sepenuhnya atau kemenangan sempurna.

   Kemenangan Fatahillah atas orang Portugis mempunyai arti yang penting sekali. Indonesia khususnya Jawa dapat diselamatkan dan penjajahan Portugis. Sesudah berhasil menduduki Jakarta, Fatahilla lalu merebut Cirebon pada tahuni 1528. Dengan demikian maka:
1. Jalan niaga yang membentang dan Maluku - Demak — Banten — Aceh, sepenuhnya berada dalam penguasaan Islam. 
2. Kerajaan Pajajaran sama sekali terisolasikan dan Laut Jawa hingga tidak mungkin berhubungan dengan orang Portugis di Malaka.
3. Demak berkuasa dan berpengaruh atas bandar-bandar penting dari Banten hingga Surabaya.
     Cita-cita Demak untuk menguasai seluruh bandar perdagangan di seluruh Jawa belum sepenuhnya terlaksana. Karena diujung Jatim masih terdapat bandar-bandar dagang yang dikuasai raja-raja Hindu. Bandar-bandar itu yang terpenting ialah: Pasuruan dan Panarukan.

Pada masa itu pelabuhan Pasuruan memegang kedudukan penting, berkat hubungan perdagangan dengan Bali dan pulau-pulau di Nusa Tenggara lain nya. Disamping itu Pasuruan juga mengadakan hubungan perdagangan dan persahabatan dengan orang Portugis. Hal itu berarti Pasuruan menyaingi menandingi perdagangan bandar-bandar Demak. Sedang hubungannya dengan Portugis sangat mengancam kedudukan Demak. Oleh sebab itu Pasuruan diserbu oleh pasukan Demak dibawah pimpinan Fatahillah dan Sultan Trenggono sendiri (1546).

Serbuan tersebut dapat ditangkis oleh Pasuruan. Bahkan Sultan Trenggono tewas dalam suatu pertempuran. Dengan wafatnya Sultan, pasukan Demak patah semangatnya dan akhirnya ditarik
pulang. Usaha Demak untuk menguasai Pasuruan dan daerah-daerah lain di sebelah timurnya mengalami kegagalan.

Kesimpulan: Pada abad 16 Demak merupakan negara terbesar di Nusantara. Meskipun usaha untuk menguasai daerah ujung Jatim gagal, pada masa itu wilayah kekuasaan Demak adalah yang terluas diantara kerajaan-kerajaan di tanah air kita.

Masa Keruntuhan 
     Sewafat Trenggono, di Demak timbul kekacauan. Aria Penangsang bupati Jipang mengadakan perebutan kekuasaan di Demak dan berhasil menyingkirkan lawan-lawan politiknya. Ia menganggap dirinya sebagai pewaris-sah takhta Demak Karena andai kata ayahnya kakak Sultan Trenggono tidak dibunuh oleh Prawoto, ia pasti menjadi raja Demak menggantikan ayahnya. Selanjutnya kendali pemerntahan Demak berada ditangan Aria Penangsang untuk masa yang agak lama (kira-kira 22 tahun). Peranan dan kedudukan Demak digantikan oleh Jipang.

Dalam masa itu para ningrat Demak yang dipimpin oleh Ratu Kali Nyamat terus menerus menentang Aria Penangsang. Mereka menyusun kekuatan guna menggulingkan. Karena terbukti tidak cukup kuat menghadapi Penangsang, mereka minta bantuan kepada Adiwijoyo, bupati Pengging. Hal tersebut berarti kekuatan daerah pesisir dihadapkan pada kekuatan daerah pedalaman.

Berkat supplay beras yang melimpah dan berkat pasukan tani yang dijiwai oleh dharma bhakti kepada raja. pasukan Pengging berhasil menjatuhkan benteng Jipang. Aria Penangsang sendiri dapat ditewaskan dalam suatu pertempuran. Dengan demikian Adiwijoyo keluar sebagai tokoh terkuat
dan sebagai pewaris takhta mertuanya. Olehnya Pusat Pemerintahan Demak dipindahkan ke Pajang (tahun 1568). Sedangkan Demak diberikan kepada Aria Pangiri dengan jabatan bupati yang. mengakui di bawah kekuasaan Pajang.


Video Fatahillah, panglima Kerajaan Demak saat menaklukan Sunda Kelapa atau Jakarta


Liir Iliir Sunan Kalijaga



No comments:

Post a Comment